Pilkada di Era Media Sosial: Kampanye, Etika, dan Pengaruh pada Pemilih

Pilkada di Era Media Sosial: Kampanye, Etika, dan Pengaruh pada Pemilih

08 October 2024

Kabar Maju - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Forum Diskusi Publik: “Pilkada di Era Media Sosial: Kampanye, Etika, dan Pengaruh pada Pemilih”. Seminar ini diselenggarakan pada hari Kamis, 3 Oktober 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat tiga narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bapak Gun Gun Siswadi., sebagai pegiat literasi digital, serta Bapak M. Nafi Asrori, S.T., yang merupakan seorang pegiat Tunas Bangsa Indonesia. 

Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Forum Diskusi Publik memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi, serta memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.

Seminar dimulai pada pukul 12.30 WIB yang diawali dengan ditampilkannya video-video yang berkaitan dengan literasi digital, dilanjut oleh hiburan band selama 20 menit. Kemudian, Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari. 

Pak Kharis menjelaskan bahwa pilkada serentak memberikan dampak positif, seperti anggaran yang tidak terlalu besar. Menurut beliau, saat ini, kita bisa menggunakan media sosial untuk berkampanye. “Kampanye menggunakan media sosial dapat lebih efektif, karena informasi bisa langsung diterima masyarakat, dan masyarakat juga akan lebih mudah memberikan kritik serta saran dibandingkan dengan kampanye secara langsung saat zaman dahulu”, ucap Pak Kharis. Beliau menambahkan bahwa kalau kita bisa mengikuti kemajuan teknologi, kita akan mendapatkan dampak yang baik, namun jika tidak diikuti, kita akan sangat jauh tertinggal. 

Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bapak Gun Gun Siswadi. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau yang merupakan seorang pegiat literasi digital menyebutkan bahwa secara keseluruhan, media sosial telah mengubah lanskap pilkada, membuat kampanye lebih terbuka dan interaktif, namun juga menghadirkan tantangan baru terkait etika dan disinformasi yang memengaruhi pemilih. Beliau juga menambahkan bahwa media sosial bisa menjadi solusi untuk kampanye, karena memberikan akses luas dan interaksi langsung, kecepatan penyebaran informasi yang besar, dan dapat berkampanye personal. 

Pak Gun Gun juga menyebutkan bahwa ada etika kampanye di media sosial, yaitu perlu memperhatikan kampanye positif, kampanye negatif, disinformasi, dan etika pemilih. Selain itu, Pak Gun Gun juga menjelaskan pengaruh media sosial terhadap pemilih, yaitu pembentukan persepsi, manipulasi, dan polarisasi, pemilih yang lebih kritis. “Dalam menghadapi Pilkada serentak, menggunakan media sosial dengan bijak adalah tanggung jawab bersama untuk menjaga keharmonisan demokrasi”, ucap Pak Gun Gun di akhir sesinya.

Pak M. Nafi Asrori, S.T., menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menambahkan penjelasan bahwa media sosial merupakan sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan politik, misalnya seperti program-program partai ataupun profil dari si calon pemimpin. Selain itu, media sosial juga telah menghilangkan jarak geografis dan psikologis antara calon pemimpin dengan para pemegang suara. “Di sisi lain, perseteruan kampanye antar partai politik yang saling menjelek-jelekan partai lainnya dan cenderung menyudutkan partai politik tertentu akan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat terhadap partai politik tersebut, dan yang paling buruk adalah munculnya apatisme politik masyarakat”, sebut Pak Nafi sebagai tambahan penjelasannya.

Setelah paparan materi dari ketiga narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 100 peserta, terdapat tiga pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada puku 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.