Anak Muda Toleran dalam Semangat Konferensi Asia Afrika

Anak Muda Toleran dalam Semangat Konferensi Asia Afrika

28 October 2024


Kabar Maju - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Forum Diskusi Publik: “Anak Muda Toleran dalam Semangat Konferensi Asia Afrika”. Seminar ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 19 Oktober 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat tiga narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bapak Gun Gun Siswadi, yang sebagai pegiat literasi digital, serta Bapak Ghazy Alaudin Muhammad, yang merupakan seorang praktisi digital marketing. 

Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Forum Diskusi Publik memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi, serta memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.

Seminar dimulai pada pukul 12.30 WIB yang diawali dengan ditampilkannya video-video yang berkaitan dengan literasi digital, dilanjut oleh hiburan band selama 20 menit. Kemudian, Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari. 

Pak Kharis menyebutkan bahwa kebanyakan, ide-ide muncul dari kalangan anak muda, seperti yang bisa kita lihat pada zaman dahulu, di mana pahlawan dan diplomat-diplomat kita kebanyakan dari kalangan muda. Beliau juga menyebutkan bahwa Indonesia sudah mendapatkan pengakuan pada Konferensi Asia-Afrika (KAA), walaupun menurutnya, sangat disayangkan karena masih ada negara di dalamnya yang belum merdeka, yaitu Palestina. “Kita patut mengambil semangat pada perjuangan dalam sejarah Asia-Afrika dengan cara bagaimana memajukan bangsa masing-masing dan terus belajar,” ucap Pak Kharis.

Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bapak Gun Gun Siswadi. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau menyebutkan bahwa solidaritas, kemerdekaan, dan kerja sama merupakan spirit dari Konferensi Asia-Afrika. Beliau memberikan contoh inisiatif anak muda mempromosikan toleransi, yaitu dialog antaragama, festival budaya, gerakan lingkungan, dan pendidikan inklusif. “KAA ini harus menjadi momentum pemuda Indonesia dalam mempromosikan dampak positif. Mari kita bersama-sama menjaga semangat ini dan harapannya bisa menjadi masyarakat yang lebih toleran,” ucap Pak Gun Gun.

Bapak Ghazy Alaudin Muhammad menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menyebutkan bahwa umumnya, toleransi dalam kehidupan sehari-hari dibagi menjadi toleransi dalam beragama, berpolitik, dan berbudaya. Beliau juga menjelaskan bahwa Konferensi Asia-Afrika menjadi komitmen Indonesia sebagai upaya untuk melawan kolonialisme dan memperjuangkan kedaulatan, non-intervensi, dan penolakan kolonialisme. “Banyaknya kasus intoleran di Indonesia menjadi perhatian kita, dengan mengoreksi secara internal dan menguatkan secara eksternal. Mari kita semua belajar dari semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ menjadi simbol historis yang menjunjung tinggi perbedaan yang positif,” ucap Pak Ghazy.

Setelah paparan materi dari ketiga narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 100 peserta, terdapat tiga pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada pukul 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.