“Bela Negara dalam Masyarakat Demokratis”

“Bela Negara dalam Masyarakat Demokratis”

13 June 2024


Kabar Maju - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Literasi Digital: “Bela Negara dalam Masyarakat Demokratis”.

Seminar ini diselenggarakan pada hari Selasa, 11 Juni 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat tiga narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Pak Gun Gun Siswadi, sebagai pegiat literasi digital, serta Pak Abdul Qadir Audah, ST., MBA., yang merupakan owner RDS FM. 

Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Forum Diskusi Publik memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi, serta memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.

Seminar dimulai pada pukul 12.00 WIB yang diawali dengan ditampilkannya video-video yang berkaitan dengan literasi digital, dilanjut oleh hiburan band selama 20 menit. Kemudian, Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang akan memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari. 

Pak Kharis menyampaikan bahwa ciri masyarakat demokratis yaitu berhak memberikan pendapat dan membela negaranya. “Akan menjadi tantangan bagi kita, jika masyarakat acuh tak acuh terhadap negaranya”, ucap Pak Kharis. Oleh karena itu, terbitlah UU bela negara dalam kapasitasnya masing-masing. Setiap negara punya kebijakannya masing-masing, misalnya wajib militer. Tapi, Indonesia tidak karena bangsa kita sudah teruji melawan penjajah dari tangan-tangan kita sendiri. Beliau juga menyebutkan bahwa upaya bela negara tidak hanya berupa wajib militer, tetapi menciptakan ruang digital yang baik merupakan dan menciptakan masyarakat kondusif juga bagian dari bela negara.

Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Pak Gun Gun Siswadi. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau yang merupakan pegiat literasi digital menyebutkan bahwa kita memasuki era digital yang sudah terkoneksi internet serta penguatan informasi di berbagai daerah. “Karena internet sudah meluas, maka tantangannya pun juga besar mulai dari maraknya berita hoax, infiltrasi budaya, kurangnya etika sopan santun, dan menipisnya bela negara”, ucap Pak Gun Gun. Beliau juga menyebutkan bahwa peran program bela negara sangat dibutuhkan, karena peran tersebut menjadi benteng karakter generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman. Oleh karena itu, wajib bagi kita mengetahui nilai dan sikap dasar bela negara, terutama dalam konteks digital, dengan cara mengampanyekan nilai bela negara dan membuat konten positif tentang nilai dan makna bela negara.

Pak Abdul Qadir Audah, ST., MBA., menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menambahkan penjelasan bahwa pondasi bela negara ada pada UUD 45 pasal 27 ayat 3 dan UU No. 3 pasal 9 tahun 2002.

Pendidikan kewarganegaraan dan pengabdian sesuai profesi merupakan upaya dari bela negara. “Bela negara dibutuhkan untuk membentuk perilaku jujur, disiplin, kontributif, dan adaptif, karena tantangan pemuda sekarang adalah arus informasi yang global, kultur dan budaya asing, serta fomo”, sebut Pak Qadir. Menurut beliau, Indonesia memiliki potensi gotong royong, bhineka tunggal ika, dan bonus demografi, maka suksesi kepemimpinan dan memiliki berbagai macam soft skill maupun hard skill merupakan kunci utama peradaban suatu bangsa
Setelah paparan materi dari ketiga narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan.

Dari 100 peserta, terdapat empat pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada puku 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.